Credit photo: Google. |
Sebuah pencapaian yang klimaks.
Hal itu membuktikan satu hal; tema ketimpangan sosial sangat relevan dengan orang-orang.
Namun, berbeda dengan Joker yang menampilkan secara banal sisi-sisi kehidupan seorang Arthur Fleck, Parasite memilih sisi penceritaan yang agung; tidak menggurui, tidak menghakimi.
Credit photo: Google. |
Parasite menceritakan babak demi babak kehidupan Kim Si-Taek, pengangguran bekas sopir dan keluarganya yang tinggal di lingkungan kumuh.
Bahkan untuk membuat ponsel online, mereka harus menumpang wifi terdekat yang hanya bisa terakses dari area kamar mandi.
Untuk membasmi serangga di rumah mereka, bahkan keluarga ini membuka pintu dan jendela saat layanan fogging datang.
Suatu hari, Ki-woo, anak Kim mendapat tawaran dari temannya untuk memberikan pelajaran les anak orang kaya.
Menggunakan ijazah palsu dan jualan omong kosong, nantinya Ki-woo bisa masuk menjadi guru les di rumah orang kaya, keluarga Park.
Berkat bekal jualan omong kosong pula, cerita menjadi lebih menarik saat Ki-woo mampu mengelabui keluarga Park untuk memasukkan keluarganya bekerja di rumah tersebut; menjadi sopir, pembantu rumah tangga, dan guru menggambar.
Credit photo: Google. |
Saking lihainya omong kosong keluarga Kim, sampai-sampai keluarga Park tak menyadari bahwa yang mereka rekrut merupakan satu keluarga.
Drama menjadi semakin pelik saat keluarga Kim menemukan hal tak terduga di ruangan bawah tanah rumah keluarga Park.
Ada beberapa plot twists di film ini yang terkesan sederhana namun eye catching.
Kredit harus diberikan ke Bong Joon-ho yang mampu membuat tontonan yang getir, komedik, drama, menjual refleksi kesenjangan sosial masyarakat, namun tidak terkesan menggurui.
4 Oscar? Sangat layak!
Credit photo: Google. |
0 Comments
Post a Comment