Aku menyukai malam, An,
seperti halnya diam. Nyctophilia. Dan
malam ini, aku teringat dengan katamu tempo hari
“jangan takut mengeja”
**
An, tahu kah kau aku
masih takut mencerna detik ? Aku selalu takut detik-detik meninggalkanku,
hilang tanpa aku melakukan sesuatu. Namun hingga hari ini aku tak mau berlari
mengejarnya. Aku masih dalam diamku, membiarkan mereka hilang satu-persatu.
An, maukah kau
kuceritakan sesuatu ? suatu malam pikiranku menerobos ke kampung-kampung,
hingga kudapati pintu yang menyembunyikan sosok yang terpasung.
“mereka bilang aku
gila” kata orang itu.
“aku dianggap gila
karena aku melawan wejangan-wejangan usang. Lantas aku dipasung di sini, tanpa
teman dan lawan. Namun aku suka di sini, aku bisa memanen buah pikiran-pikiranku
tanpa ada yang mengganggu.”
Kau tahu, An, siapa
orang itu ? iya, aku. Sejelas-jelasnya aku yakinkan diriku aku bukan orang itu,
namun semua perkataannya terngiang di otakku. Aku terjebak oleh dua sosok
yang berbeda. Semalang itukah aku, An ?
An, lantas kini “jangan
takut mengeja” seperti apa yang kau inginkan ? aku menatap beku
lingkaran-lingkaran. Seketika aku kehilangan atas alam pikiran.
An, hitamku terbesit
kenang.
0 Comments
Post a Comment