"Aku ingin membuat mesin waktu,"
kalimat itu berulangkali menggema di benak
laki-laki itu. Sembari melamun. Menunggu
rindunya tak lagi menggigil; ia ingin
mencurangi waktu.
Tetapi ia tersadar; hangat paling hakiki adalah
ketika kulitnya bersentuhan dengan
kulit kekasihnya.
Menghapus jarak, menyatu dalam rindu.
Di detik itu, laki-laki itu ingin menunggu. Ia
takkan abai pada penantian.
0 Comments
Post a Comment