"Cintai yang tak mencintai, sampai dia cinta,"
kalimat itu tertulis di kertas penulis renta itu.
Sembari menggaruk janggutnya,
ia menoleh
ke jam yang tak pernah bosan menunjukkan
tengah malam.
"Maafkan segala yang tak bisa kau maafkan,"
katanya lagi. Kali ini, tubuhnya mengharu
biru,
menjadi wortel. Yang tak pernah dikupas.
0 Comments
Post a Comment